Keberuntungan



Pada Laoteppada upe adalah sebuah petuah dari Bugis yang menggambarkan betapa rezeki setiap manusia telah ditetapkan dan menjadi rahasia bagi kita semua. Pada Lao teppada yang secara bahasa bermakna " bergerak bersama, untung berbeda. Sama sama melangkah namun keberuntungan yang berbeda" begitu kira saya memaknainya. Semboyan ini juga yang seringkali membangkitkan semangat para pejuang nafkah, utamanya orang Bugis yang dikenal sebagai perantau ulung, dalam mengarungi pahit ketirnya samudera kehidupan

Seseorang biasanya melihat kesuksesan kita dari apa  yang kita peroleh saat ini, dan seringkali lupa melihat proses yang telah kita lalui. Ketika melihat seorang yang kaya, kita langsung membayangkan harta yang melimpah, uang, mobil mewah dan kenyamanan hidup yang dia punya. Seketika itu kita juga ingin merasakan hal yang sama. Kita lupa bahwa apa buang diperolehnya itu adalah buah perjalanan panjang yang penuh perjuangan.

Ketika kita melihat bertemu Professor, dengan segudang ilmu yang dia punya dan dengan kemampuan speaking yang mumpuni. Terngiang langsung dibenak kita untuk menjadi seperti dia, seketika itu juga. Kita lupa kalau keilmuannya sang profesor bukan hasil membalikkan telapak tangan sekejap.

Atau mungkin kita pernah melihat ada yang meraih sukses di kala masih muda, dengan usahanya yang ya kelihatannya mudah dan dimudahkan. Namun ada juga yang menemukan jalan suksesnya setelah berjuang dengan waktu yang cukup lama, bahkan harus  mengulangi berkali kali baru berhasil.

Inilah rahasia rezeki, tidak ada yang tahu kecuali sang pemberi rezeki itu sendiri.

Saya ingat betul bagaimana ketika saya kuliah sambil mengumpulkan pundi-pundi uang di berbagai tempat yang bisa saja keberuntungan saya ada di sana. Menjadi guru TK/TPA sejak duduk di semester satu, mengabdikan diri di Ma'had Al Jami'ah IAIN Parepare yang di kala itu masih berstatus STAIN sejak semester 5 di program sarjana sampai kembali dari pendidikan S2 masih diperbantukan sebagai Dosen Pembina,  mengajar pada mata pelajaran bahasa Arab di Madrasah Tsanawiyah sembari proses penyelesaian skripsi, bergabung dengan Racana al Badi' IAIN Parepare sampai saat ini.

Selesai pendidikan S2 pun masih berusaha agar keberuntungan berada di pihak saya. Saya dan beberapa teman mendaftar CPNS sebagai Dosen Bahasa Arab di IAIN Pontianak, namun belum beruntung akhirnya mencoba lagi di tempat lain. Sambil menunggu pendaftaran lagi, saya mengabdikan diri di berbagai instansi perguruan tinggi sebagai tenaga pengajar untuk menambah wawasan, pengalaman dan teman tentunya. Melihat pengumuman pendaftaran CPNS dibuka, saya sempat berkecil hati karena tidak ada satupun kampus STAIN dan IAIN se-Sulawesi, bahkan UIN Makassar yang membuka peluang sebagai  Dosen Bahasa Arab. Tapi langsung berbesar hati bahwa keberuntungan dan rejeki saya mungkin bukan disini. Saya harus membuka hati untuk ke tempat lain yang mungkin memiliki peluang yang lebih besar. Dan ternyata pilihan itu jatuh di IAIN Ternate, saat itu butuh 6 Dosen bahasa Arab. Dari beberapa pendaftar yang sama pilihannya dengan saya pun berguguran karena saat itu pertama kali diberlakukan CAT, dan saya termasuk salah satu peserta yang beruntung bisa passing grade.


Itu dari segi perjalanan karir. Padahal dari segi kepintaran tidak juga tapi keberuntungan ada di pihak saya. Mungkin banyak yang bernasib seperti itu. Rejeki seseorang sudah diatur oleh Allah SWT, sebagai seorang hamba kita hanya bisa berusaha dan berdoa agar sesuai dengan apa yang diharapkan dan keberuntungan pun berpihak. Bisa saja kita menganggap bahwa saat itu belum beruntung karena tidak sesuai dengan harapan, namun diwaktu yang bersamaan keberuntungan dari sisi lain yang berpihak dan belum disadari bahwa itulah keberuntungan.

Semisal ada yang diberi harta melimpah, jabatan tinggi dan karir yang melejit namun mengharapkan buah hati yang belum kunjung diberi. Orang tersebut pasti merasa bahwa dirinya belum beruntung, namun dari sudut pandang orang yang melihatnya orang tersebut sangat beruntung dengan apa dia miliki. Begitupun sebaliknya, ada orang yang hidup dengan pas-pasan, penghasilan hari itu hanya mampu dinikmati hari itu juga, bahkan mungkin tidak cukup, namun memiliki anak-anak yang sabar menunggu kedatangannya. Orang tersebut pasti merasa belum beruntung dari segi finansial, tapi dari sudut pandang yang berbeda orang mengatakan bahwa dia beruntung dengan apa yang dia miliki. Begitupun dengan orang yang pintar dan berbakat bisa saja jatuh di suatu perlombaan tapi menang di sudut pandang yang berbeda.

Itu terjadi di sekeliling kita. Bahkan mungkin ada yang berjuang bersama kita dari awal, mulai dari pendaftaran, babak penyeleksian namun berbeda dalam proses dan hasil. Itulah keberuntungan.

Allahu a'lam.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Eklektik (Thoriqoh al-Intiqo'iyyah)

Membahagiakan itu Kebahagiaan

Bapak dan Kenanganku