Berbagi Kebaikan


Indahnya berbagi mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Apalagi di tengah covid-19 yang semakin meningkat. Semua berlomba-lomba untuk melakukan kebaikan dengan berbagi. Mereka yang punya penghasilan lebih tanpa harus membanting tulang berbagi kepada mereka yang terhalang dan tidak memiliki penghasilan selama Corona belum berakhir. Ada yang membagikan sembako, hand sanitizer, masker dan kebutuhan lainnya kepada mereka yang membutuhkan.

Namun di sisi lain, mungkin juga ada orang yang beranggapan bahwa dirinya belum masuk kategori untuk berbagi karena kebutuhan hidupnya belum terpenuhi, atau merasa bahwa dia juga butuh uluran tangan di masa pandemi ini. Memang betul bahwa harta atau benda yang disedekahkan akan berkurang bahkan habis. Tapi jika memegang prinsip itu, maka tidak akan ada yang membagikan sebagian hartanya kepada siapapun, termasuk ke golongan yang sangat membutuhkan. Dan muncullah slogan "yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin".

Untungnya kita masyarakat Indonesia sudah terpatri dalam sanubari bahwa berbagi itu membahagiakan, baik kepada si pemberi maupun si penerima. Keduanya akan bahagia. Ketika berbagi, meningkatkan rasa bersyukur kita akan nikmat yang Allah SWT berikan. Saya sendiri meyakini bahwa berbagi itu tidak akan membuat seseorang rugi. Karena yang maha pemberi rezeki lebih mengetahui apa yang kita butuhkan.

Saya mau bercerita sedikit tentang proses beradaptasi saya dalam bertetangga. Saya termasuk salah satu perantau dari tanah Bugis yang bermukim di lingkungan warga asli Kota Ternate Maluku Utara. Saya sangat bersyukur hidup berdampingan dengan masyarakat sekitar yang memiliki kesadaran akan pentingnya menjaga silaturrahim. Dan silaturrahim itu tercipta karena adanya rasa kepedulian untuk berbagi. Kata "berbagi" disini tanda kutip, bukan hanya merujuk ke harta benda tetapi berbagai hal bisa dibagikan selama kita memiliki dan dibutuhkan oleh yang lain. Masyarakat di sekitar saya sangat senang membantu satu sama lain. Selain dari segi materi juga dari segi lainnya yang terhitung nilainya. Setiap hari mereka berkumpul di lokasi pembangunan Musholla di lingkungan kami, begitupun ketika melanjutkan pembangunan Masjid kelurahan Tubo untuk lantai atasnya. Mereka bekerja karena memiliki rasa nikmatnya berbagi. Begitupun yang terjadi di rumah saya sendiri. Tepat hari Sabtu kemarin tanggal 27 Juni 2020, saya menyempurnakan bagian bangunan rumah yang belum terselesaikan yaitu pengecoran dek lantai bagian belakang, suami hanya menyampaikan hal itu kepada salah seorang tetangga pas di sebelah saya yang juga beliau rekan kerja di kampus, dan saya tidak menyangka bahwa tetangga yang lain akan ikut turut serta dalam kegiatan itu. yang membuat saya terkesima dan kagum adalah mereka bukan hanya tetangga dekat,btapi yang jauh rumahnya pun ikut bergabung. Subhanallah, luar biasa semangat gotong royong mereka. Ternyata ada hal penting yang tidak ternilai dengan uang, yaitu kekeluargaan. Mereka dengan ikhlas ikut membantu menguras tenaga tanpa diminta. Mereka bekerja dipenuhi dengan candaan padahal peluh keringat mereka sudah bercucuran. Saya hanya mampu mengucapkan banyak terimakasih, insya Allah akan membalasnya. Dalam benak pun saya berkata begitu banyak jalan menuju surga. Tidak usah menunggu kaya baru mau berbagi, karena tenaga dan pikiran pun bisa, bahkan tersenyum pun termasuk berbagi. Buat apa lebih kalau tidak bisa berbagi. Hidup sederhana yang mampu berbagi itu jauh lebih baik. Jadi berbagilah maka kamu akan merasa lebih.

Allahu a'lam.

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Eklektik (Thoriqoh al-Intiqo'iyyah)

Membahagiakan itu Kebahagiaan

Bapak dan Kenanganku