Ramadhan 1441 H, Berkah untuk Si Buah Hati


Tak dapat dipungkiri, Covid-19 yang melanda dunia saat ini, telah merubah secara perlahan sistem tatanan hidup manusia. Geliat ekonomi, politik, sosial, pendidikan bahkan keagamaan betul-betul merasakan dampak yang ditimbulkan oleh virus Corona ini. Namun terlepas dari dampak yang ditimbulkannya itu, kita harus tetap optimis bahwa musibah ini akan membawa perubahan besar dan menyadarkan kita akan pentingnya kesehatan baik secara lahiriyah maupun batiniah, yang kadangkala terlupakan, hingga pada akhirnya kita juga akan memetik hikmah yang besar dari musibah ini. 

Sebagai seorang yang bergelut di dunia pendidikan tinggi, saya termasuk dari sekian banyak manusia yang terkena dampak dari pandemi ini. Bagaimana tidak, sejak pemerintah memutuskan untuk menerapkan kerja dari rumah (WFH) maka secara otomatis mobilitas pun menjadi terbatas. Saya pun lebih banyak menghabiskan waktu bersama keluarga di rumah sambil menyelesaikan tugas kantor yang setiap waktu datang menghampiri, seperti melaksanakan perkuliahan daring dan membimbing serta mendampingi mahasiswa untuk penyelesaian studi.

Di sisi lain, wabah Covid-19 yang melanda negeri ini bertepatan dengan datangnya bulan suci Ramadhan, tanpa disadari menambah kehangatan dan kebahagiaan dalam rumah tangga. Karena tampaknya segala aktivitas yang dilakukan di rumah lebih efektif jika dikerjakan bersama antara suami dan istri, termasuk membuat hidangan buka puasa sampai pada ibadah di rumah yang dilakukan secara berjamaah. Dalam kondisi seperti ini sepertinya hal yang perlu mendapat perhatian adalah kedekatan bersama si buah hati yang dalam waktu normal seringkali terabaikan. 

Dulu, ketika mengajar, saya bersama suami sering membawa si buah hati ikut bersama kami ke kampus. Hal ini menjadi pilihan karena si kecil tidak ada yang menjaganya di rumah. Dalam hal ini, saya bersama suami adalah perantau dari daerah yang agak jauh dari tempat tugas, yakni Sulawesi Selatan yang tidak memungkinkan untuk memborong keluarga yang lain ikut bersama kami.  Saya pun masih belum berani untuk menitipkan anak ke tetangga atau menyewa orang untuk menjaganya. Untungnya kami berdua mengajar di kampus yang sama yakni di IAIN Ternate hingga agak sedikit memudahkan. Agar tidak terlalu repot saya juga sering menitipkan si kecil di asrama kampus untuk dijaga oleh mahasiswa, tentunya mahasiswa tertentu yang sudah sering bersama dengan saya sehingga paham betul dengan keadaan saya sekeluarga.

Sebagai seorang ibu, saya sering merasa sedih, melihat Aini dan Asjad (kedua anak saya) harus ikut ke kampus setiap hari. Bahkan si kakak Aini, sejak berumur sekian bulan sudah harus ikut ke kampus dengan naik motor. Terkadang ada rekan yang menegur dan menawarkan solusi agar si kecil dicarikan saja baby sitter, agar tidak terlalu susah. Tetapi, saya lebih tetap memilih untuk mengikutkan keduanya ketimbang dijaga oleh baby sitter. Jangan sampai saya yang memiliki raganya, tetapi hatinya milik si baby sitter, itu keresahanku. Saya sering membaca buku parenting yang menurutnya akan lebih baik tumbuh kembang anak di awal awal itu bersama dengan ayah ibunya ketimbang dengan yang lain. Makanya ada kecemasan tersendiri jika kedua harus di rawat oleh orang lain. 

Di bulan Ramadhan ini, saya mencoba memanfaatkan moment indah ini untuk keduanya. Bermain, belajar dan bercengkrama bersama agaknya bisa membalas kejenuhannya tatkala keduanya ikut ke kampus. Saya sudah mencoba memperkenalkan kepada keduanya buku-buku serial anak terbitan Mizan yang banyak mengandung kisah-kisah islami. Namun saya jarang mendampingi mereka karena kesibukan yang sangat melelahkan. Sebelum ramadhan saya membelikan mereka buku baru. Lumayan banyak, tapi belum sempat dibuka dari kardusnya. Saya pikir di ramadhan inilah waktunya untuk meluangkan banyak waktu untuk mendampingi dan membacakan buku-buku itu kepada mereka. 

Saya bercerita sedikit ulah dan tingkah laku mereka saat membaca buku. Berhubung bukunya memiliki warna yang menarik serta gambar ilustrasi yang imajinatif membuat keduanya sangat antusias dalam membaca. Saya hanya membuka halaman awal, si kakak sudah menebak kalimat pembukanya. Cara mengajarinya hanya dengan beberapa kali membaca sambil menunjuk gambarnya, jadi berikutnya dia membaca sendiri dengan menunjuk gambarnya saja, walaupun tulisannya lain bacanya lain. Tapi itu tidak jadi masalah, yang saya harapkan adalah kemauannya dulu untuk membaca. Salah satu buku favoritnya adalah "aku cantik pakai jilbab" tapi saya plesetkan menjadi "Aini cantik pakai jilbab". Sebelum saya memperlihatkan buku itu, si kakak memang sudah terbiasa pakai jilbab. Jadi dengan adanya buku tersebut menambah rasa percaya dirinya dalam memakai jilbab. Si Adek pun tidak mau ketinggalan, dia ikut menunjuk-nunjuk bukunya sambil berceloteh tidak jelas. 

Saya dan suami memperkenalkan buku ke anak itu saat masih bayi. Buku elektronik yang ketika dipencet tombolnya akan berbunyi sesuai dengan gambarnya. Sekarang pun saya menambahkan koleksi bukunya bersama dengan e-pen yang akan membaca dengan sendirinya sesuai dengan bacaan yang ditunjuk. Itu ternyata menambah semangat keduanya membuka bukunya. Walaupun baru bangun, akan langsung mencari buku dan penanya. Senang rasanya walaupun kadang merasa kewalahan. Semoga mereka tidak pernah merasakan yang namanya bosan. Seperti perkataan beberapa orang yang menganggap bahwa memperkenalkan buku anak di usia dini akan membuat mereka bosan dan penat. Tapi teori hanya berlaku sesuai dengan bagaimana cara kita memperlakukan anak terhadap bukunya.

Akhirnya, setalah saya pikir, , mungkin bulan ramadhan kali ini agaknya menjadi berkah tersendiri bagi mereka berdua ( red. Aini dan Asjad). Dengan berkurangnya aktivitas saya di luar rumah untuk sementara waktu, waktu pun banyak kuhabiskan dengan anak tercinta. Bersyukur, suami kadang ikut mengawasi dan bermain bersama keduanya, hitung-hitung mengusir kejenuhan yang seringkali datang menghampiri. Kulihat wajahnya keduanya seakan penuh senyum ceria menyambutku setiap pagi. Rumah kecil yang dulu selalu sepi, sepintas menjadi ramai dengan canda tawa mereka berdua, sesekali diselingi suara menangis karena bertengkar dan tak ada yang mau mengalah. Terimakasih ya Allah, engkau mengutus Ramadhan kali ini dengan wajah berbeda. Engkau ijabah doa anakku untuk mendapatkan haknya dekat dengan orangtuanya. Semoga engkau memberikan  umur panjang kepada sang buah hati Aini dan Asjad dan kelak menjadi manusy yang berguna untuk keluarga, agama, bangsa dan negara. 


Sugirma
Dosen FTIK IAIN Ternate
Tubo Ternate 29 Ramadhan 1441 H

Komentar

  1. Luar biasa. Mengenalkan buku kepada anak sejak usia dini sangat penting. Semoga kedua putra ibu menjadi anak yang sesuai harapan orang tua.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin Allahumma Amin... Terimakasih banyak atas bimbingannya Prof.

      Hapus
  2. mantap lajutkan terus menuisnya .....

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Metode Eklektik (Thoriqoh al-Intiqo'iyyah)

Membahagiakan itu Kebahagiaan

Bapak dan Kenanganku